Sejarah Tulisan Darkah Yaa Ahlal Madinah

"Apabila engkau sedikit berdzikir (mengingat Allah SWT di dunia) niscaya sedikit pula kesempatanmu memandang-Nya dan kedekatanmu pada-Nya di akhirat." (Al Habib Umar bin Hafidz).


"Darkaah Yaa Ahlal Madinah, Yaa Tarim Wa Ahlaha". "Yaa Fattah, Yaa Rozzaaq"

Mengenai ism itu dan yang semacamnya, maka hal itu merupakan Tabarrukan dan tawassul kepada Imam Al Haddad atau hamba mulia lainnya. 

Mengenai azimat (Ruqyyat) dengan huruf arab merupakan hal yang diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pada kitab Faidhulqadir Juz 3 hal.192, dan Tafsir Imam Qurtubi Juz 10 hal.316/317, dan masih banyak lagi penjelasan para Muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karena itu semata-mata adalah bertabarruk (mengambil berkah) dari ayat-ayat Alqur'an dan kalimat-kalimat mulia lainnya. 


Namun tentunya manfaat dan kemuliaannya bukan pada tulisan dan stiker itu, tapi tergantung pada penggunaannya, dan bila Anda ingin menggunakannya maka boleh ditempel di pintu atau lainnya sebagai tabarrukan dengan nama Imam Al Haddad rahimahullah, 


Namun kalau saya pribadi kurang gemar menggunakan hal itu, karena tentunya tawassul dengan lisan lebih afdhal daripada tawassul dengan tulisan,

tapi dilain fihak saya melihat dampak dari penyebaran stiker-stiker islami semacam itu sangatlah baik demi menyaingi banyaknya stiker-stiker kuffar yang dengan bangga menonjolkan fans dan idolanya masing-masing.


Sejarah tulisan Darkaah Yaa Ahlal Madinah

Wawancara bersama  Habib Abubakar bin Abdurrahman Alhaddad – Tanjung Gang 2 Kota Malang, Jawa Timur.

Siapa sangka jika penyusun dari Lambang Darkah ini berasal dari kota Malang , beliau adalah al Habib Abu Bakar bin Abdurrahman al Haddad, Lambang Huruf ‘ha’ di tengah dengan ukuran yang cukup besar, kemudian di atasnya bertuliskan “Darakaah Yaa Ahlal Madiinah”, di bawahnya bertuliskan “Yaa Tariim Wa Ahlahaa”, di samping kanannya bertuliskan lafdzul jalalah yang berbunyi “Yaa Fattaah” dan di samping kirinya “Yaa Rozzaaq”, sedangkan di atas huruf ‘ha’ bertuliskan angka 1030 dan di tengah huruf ‘ha’ bertuliskan angka 110 seperti keterangan gambar, merupakan hasil karya beliau yang terinspirasi dari beberapa kisah sohibul maulid simtudhdhurrar.

Beliau yang lulusan dari Pondok Pesantren Darut Tauhid ini berinisiatif membuat Lambang Darkah berawal dari kisah Habib Ali al Habsyi (Sohibul Maulid, pengarang Simtudhdhurar). Pada awalnya beliau membuat tanda untuk setiap kiriman dengan memakai angka 110, disebabkan karena saat itu beliau, Habib Ali al Habsyi, sering kali mendapatkan kiriman-kiriman dari luar negeri, dan kiriman tersebut seringkali tidak sampai kepada beliau, kemudian Petugas pengirim Surat (Pak Pos) nya diminta untuk membuat tanda, agar setiap ada kiriman barang/surat tidak hilang kirimannya, kemudian beliau membuat Kha’ disertai dengan huruf 110, 110 itu sendiri merupakan jumlah bobot nilai huruf hijaiyyah yang merangkai kata ‘ALI’ dalam kitab Aqidatul Awwam pada halaman terakhir ada rumusannya, sedangkan  gabungan 110 dan kha’ itu ada sekitar tahun 1980 an , atas inisiatif dari Habib Ali bin Muhammad al Haddad dan Habib Segaf bin Muhammad Ba’ Agil.

Adapun penulisan kalimat "Darkah Yaa Ahlal Madinah "adalah inisiatif dari Habib Abu bakar sendiri, yang diambil dari Qosidah Habib Muhammad bin Idrus, yang banyak berisi tentang tawassul-tawassul dengan Ahlul Madinah (Rosulullah SAW beserta keluarganya, sahabatnya), termasuk juga  kalimat Yaa Tarim Wa Ahlaha, yang merupakan  tawassul kepada para shalihin dan lebih dari 10 ribu wali yang dimakamkan di pemakaman Zanbal, Fureidh, dan Akdar, yang pada pekuburan Zanbal itu juga terdapat Ashhabul Badr utusan Sayyidina Abubakar ash-Shiddiq Ra.yang wafat di sana.

Kemudian penerapan Lambang Darkah ini pada awalnya, dulu bukan berbentuk bulat dan bertuliskan kalimat tawassul tadi, melainkan hanya berupa lambang Kha’ dan huruf 110 dan 1030 saja, kemudian berkat saran dari paman beliau yang bernama Habib Abdul Qodir bin Husin al Haddad, maka lambang tersembut ditambah-lah dengan wiridannya dari abahnya Habib Husen, yaitu Yaa Fattah Yaa Rozak, dengan niatan supaya dapat fadlilah wiridannya Habib Husen bin Muhammad al Haddad. Siapa sangka bahwa Logo yang sudah dikenal di seluruh dunia di kalangan habaib maupun muhibbin ini sudah mencapai Negara Malaysia, Singapore, Abu Dabi, Kuwait.

Setelah berjalan lama, lambang  ini sempat nyaris hilang. Kemudian Lambang / ism yang sering dijumpai di berbagai majelis-majelis ta’lim/maulid. Ada yang menggunakan logo ini di spanduk, umbul-umbul, bendera, jaket, dll. atau dalam bentuk stiker, sampai mobil-mobil di kaca belakangnya ditempel stiker lambang ini.

Lambang yang sebenarnya adalah suatu Ajimat (Ruqyat)  bukan Logo suatu organisasi tertentu ini, kalau di kaji di kitab-kitab , maka lambang ini tidak akan diketemukan di kitab manapun, karena lambang ini ada karena Habib Abu bakar bin Abdurrahman al Haddad menyusunnya digunakan untuk tafa’ul–an (mengharap berkah). Adapun hitungan 1030 itu berasal dari hitungan kalimat amanatullah wa rosuluh wal Abdullah alhaddad, yang ditujukan kepada kepada al-Imam al-Habib Abdullah bin Alwiy al-Haddad, dimana hitungan ism tersebut merupakan inisiatif dari para ulama’ kota Tarim Yaman.

Sesuai faham Ahlussunnah wal Jama’ah, ‘azimat (Ruqyat) dengan huruf arab merupakan hal yang diperbolehkan, selama itu tidak menduakan Allah SWT. Sebagaimana dijelaskan bahwa azimat dengan tulisan ayat atau doa disebutkan pada Kitab Faidhul Qadir Juz 3 halaman 192, dan Tafsir Imam Qurthubi Juz 10 halaman 316-317, dan masih banyak lagi penjelasan para Muhadditsin mengenai diperbolehkannya hal tersebut, karena itu semata-mata adalah bertabarruk (mengambil berkah) dari ayat-ayat al-Qur’an dan kalimat-kalimat mulia lainnya.

(Tulisan ini telah dimuat di Majalah Riyadlul Jannah dan dimuat juga di Tabloid Media ummat).

Sumber:

No comments:

Post a Comment